Jalan-Jalan Sore di Kotagede
- Anom Parikesit
- May 28, 2018
- 4 min read

Jalan-jalan sore atau ngabuburit sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia di bulan Ramadhan. Berbagai pusat keramaian menjadi tujuan masyarakat yang ingin ngabuburit sekaligus menunggu waktu berbuka puasa tiba. Kegiatan yang dilakukan pun beragam, mulai dari menikmati matahari terbenam di Bukit Paralayang, menikmati udara segar di Kaliurang, atau hanya sekadar menikmati keramaian kota di Malioboro sambil mencari hidangan untuk berbuka. Kotagede, sebagai salah satu wilayah yang dikenal dengan Masjid Agungnya terkadang luput dari tujuan masyarakat sebagai destinasi favorit ngabuburit. Kotagede sendiri menawarkan berbagai tempat bersejarah dan indah untuk dikunjungi seperti Masjid Agung, Sendang Selirang, Makam Panembahan Senopati (tutup selama bulan Ramadhan), jalan-jalan di gang sempit Kotagede, Ndalem Sopingan, dan Pasar Kotagede. Untuk parkir sendiri kita bisa menempatkan kendaraan di masjid, Ndalem Sopingan, atau Pasar Kotagede. Aksesnya sendiri lebih mudah dijangkau apabila menggunakan kendaraan roda 2.
Masjid Gedhe Mataram atau Masjid Agung Kotagede merupakan masjid tertua yang ada di Yogyakarta. Bangunan inti masjid ini dibangun pada masa Sultan Agung dan pembangunan selanjutnya diteruskan oleh Paku Buwono X atau yang lebih dikenal dengan sultan sugih. Memasuki bangunan masjid, kita disambut dengan parit yang berisi air. Belum diketahui secara pasti parit ini berfungsi sebagai apa, bahkan dari beberapa penelitian arkeologis belum menemukan fungsi yang pasti dari parit ini. Ada yang mengatakannya sebagai legitimasi sebuah kerajaan sama seperti yang ada di Timur Tengah, ada pula yang mengatakan bahwa parit ini digunakan untuk wudhu sehingga ketika jamaah masjid memasuki masjid sudah dalam kondisi yang bersih dan siap menunaikan ibadah sholat. Bangunan inti masjid tanpa pelataran dibuat menggunakan batu bata, namun saat ini sudah di semen untuk menguatkan bangunan. Namun kita masih dapat melihat struktur batu bata di dinding sebelah utara masjid. Struktur tembok ini sengaja tidak diselesaikan untuk mengingatkan bahwa bangunan ini awalnya disusun dari batu bata, struktur tembok ini juga diberikan pigura dan kaca sehingga kita dapat melihat tanpa harus menyentuhnya. Bangunan inti ditumpu oleh saka guru yang terbuat dari kayu jati. Pada bagian mihrab masjid terdapat ornamen sesuluran dan disebelahnya terdapat mimbar yang merupakan hadiah dari Sultan Palembang pada Sultan Agung yang diukir menggunakan motif sesuluran.
Di bagian Selatan masjid terdapat Sendang Selirang yang dibagi menjadi Sendang Putri dan Sendang Kakung. Di sebelah sendang ini terdapat makam Panembahan Senapati, namun makam ini ditutup selama bulan Ramadhan. Untuk menuju sendang dan makam kita harus mengisi daftar buku tamu yang disediakan abdi dalem dan memberikan sumbangan seikhlasnya di kotak yang sudah disediakan.
Posisi sendang berada lebih rendah dari makam sehingga setelah melewati gapura yang menjadi pintu masuk sendang kita harus menuruni undak-undakan. Posisi Sendang Kakung berada di Selatan dan Sendang Putri berada di sebelah Barat. Konon menurut cerita, sumber air Sendang Kakung berasal dari aliran air yang mengalir di bawah makam Panembahan Senapati. Di sebelah utara Sendang Kakung terdapat makam bulus (kura-kura) yang bernama Kyai Duda Rejah, konon kura-kura ini merupakan binatang keramat mantan penghuni sendang dan berumur lebih dari 100 tahun sebelum kematiannya tahun 1987. Kondisi Sendang Kakung cukup memperihatinkan karena terdapat banyak limbah bungkus shampoo dan warna airnya menjadi lebih keruh karena digunakan mandi menggunakan sabun dan shampoo. Di Sendang Putri apabila tidak ada yang mandi kita dapat masuk dan melihat ornamen malaikat.

Dari sendang kita bisa beranjak ke Ndalem Sopingen yang berada di Utara masjid. Dalam perjalanan menuju Ndalem Sopingen kita akan melewati gang-gang yang cukup padat di kawasan Kotagede. Pemukiman penduduk di sekitar masjid ini menjadikan Kotagede kawasan yang unik. Di satu sisi terdapat bangunan yang memiliki arsitektur jawa dengan rumah joglo maupun limasan atau atap kampung namun ada juga yang memiliki arsitektur modern. Kedua arsitektur ini berpadu dengan keindahan kawasan Masjid Gedhe Mataram, membuat Kotagede menjadi salah satu tempat untuk belajar mengenai arsitektur pemukiman atau hanya sekadar berjalan-jalan melihat bangunan yang indah. Orang-orang yang kita temui sepanjang jalan juga ramah sehingga kita tidak akan merasa berada di tempat yang asing. Kotagede juga sering dijadikan sebagai tempat berburu foto Human Interest bagi para pecinta fotografi. Di jalanan ini juga ada salah satu spot yang instagramable dengan background sesuluran yang menempel di dinding sebuah bangunan.
Ndalem Sopingen merupakan rumah kediaman Raden Amatdalem Sopingi. Beliau adalah abdi dalem Yogyakarta menjabat sebagai Lurah juru kunci makam Kotagede. Pada masa revolusi perjuangan kemerdekaan atau masa Kebangkitan Nasional di tahun 1908, pendopo Sopingen merupkan tempat rapat propaganda organisasi Pergerakan Nasional. Di sana pernah digunakan untuk beraktifitas para tokoh nasional seperti HOS Cokroaminoto (Ketua Sarekat Islam), Samanhoedi (Pendiri Sarekat Islam), KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Ki Hajar Dewantoro (Pemimpin Perguruan Tamansiswa). Bahkan pimpinan komunis seperti Samaun, Muso dan Alimin pun pernah hadir dan berpidato di Sopingen. Ndalem Sopingen memiliki konstruksi joglo yang disangga dengan saka guru dan seperti rumah jawa pada umumnya terdapat gendok kiwo (kiri) serta gendok tengen (kanan) serta sumur di bagian luar rumah.

Setelah dari Ndalem Sopingen kita bisa menuju Pasar Kotagede. Apabila kita ingin mencari makanan dan minuman untuk berbuka di pasar ini terdapat banyak jajanan tradisional khas Kotagede dan jajanan tradisional lainnya yang sudah jarang ditemukan. Selain itu makanan dan minuman lainnya juga tersedia seperti soto, bakso, dan es dawet. Sekian cerita perjalanan kali ini, semoga menginspirasi untuk terus menjelajahi dan melestarikan keindahan Indonesia. Salam lestari!
Anom Parikesit
Yogyakarta, 28 Mei 2018
Comments