top of page

Gemuruh Ombak di Tanah Lot

  • Anom Parikesit
  • May 23, 2018
  • 2 min read


Pura Tanah Lot atau yang lebih dikenal dengan Tanah Lot, merupakan sebuah obyek wisata yang terletak di Desa Braban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Terdapat 2 pura di Tanah Lot. Pertama, di atas batu karang, yang kedua berada di atas tebing seperti Pura Luhur Uluwatu. Pura Tanah Lot menjadi daya tarik wisatawan karena gugusan karang serta tebing yang membentang serta pesona matahari terbenamnya. Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha memindahkan batu karang (tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan kekuatan spiritual. Batu karang tersebut diberi nama Tanah Lot yang artinya batukarang yang berada di tengah lautan.Semenjak peristiwa tersebut, Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha. Selain itu, Bendesa Beraban Sakti juga menjadi pengikut Dang Hyang Nirartha untuk memeluk agama Hindu, bersama dengan seluruh penduduk setempat.


Setibanya di parkiran, para pedagang cinderamata dan pernak – pernik khas Bali sudah menunggu. Tidak hanya cinderamata, makanan dan minuman khas Bali dan

pantai juga banyak ditawarkan mulai dari nasi campur, jagung bakar, hingga es kelapa muda. Sebelum masuk ke area wisata kita harus membayar uang retribusi. sebesar Rp. 20.000,00 untuk wisatawan lokal dan Rp. 60.000,00 untuk wisatawan asing. Setibanya di wilayah ujung tebing, kita langsung disuguhi pemandangan laut yang indah dan ombak yang cukup besar. Untuk bisa mencapai pantai kita harus menuruni tangga hingga tiba di pinggir pantai. Ketika saya tiba disana pihak setempat masih membangun beberapa fasilitas seperti toilet dekat pantai dan beberapa bangunan lainnya untuk membuat nyaman para pengunjung ke depannya.


Tidak hanya untuk wisatawan, pada hari – hari biasa akan banyak kita temui masyarakat Hindu yang melakukan sembahyang di pura ini. Selain di dalam pura, tebing – tebing di sekitar pantai juga banyak dijadikan tempat sembahyang karena dipercaya meneteskan air suci yang oleh masyarakat sekitar diberikan wadah dan persembahan. Selain masyarakat yang melakukan sembahyang, anak – anak yang bertempat tinggal di wilayah pantai juga sering mencari ikan kecil di palung – palung kecil yang terdapat di pinggir pantai.


Fasilitas wisatawan di Pura Tanah Lot dikelola sangat baik. Obyek wisata ini terintegrasi langsung dengan hotel yang memiliki padang golf serta restaurant yang menghadap langsung ke laut. Fasilitas penunjang lainnya seperti toilet, keamanan, lahan parker, pusat informasi, dan toko penjual cinderamata sangat diperhatikan dan menambah kenyamanan dari pengunjung.

Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi Tanah Lot adalah ketika perayaan Odalan, yang dirayakan setiap 210 hari, sekitar perayaan Galungan dan Kuningan di hari suci yang dikenal dengan nama Buddha Cemeng Langkir. Pada perayaan ini kita dapat melihat banyak wanita Bali membawa ‘banten’ atau persembahan diatas kepala mereka menuju Pura Tanah Lot.

Menyaksikan matahari terbenam menjadi hal yang paling menarik di Pura Tanah Lot. Waktu yang paling tepat untuk tiba di obyek wisata ini adalah sekitar pukul 16.00 WITA . Selain bisa menyaksikan deburan ombak dan gugusan karang serta tebing, kita juga akan mendapatkan golden sunset yang muncul sekitar pukul 17.30 WITA. Hal ini karena perbedaan waktu antara WITA Bali dan WIB Banyuwangi cenderung dekat, dan matahari terbenam di Bali berlangsung pukul 18.30 – 18.45 WIB.


Sekian catatan perjalanan kali ini, semoga dapat menginspirasi untuk terus menjelajahi Indonesia. Salam lestari!


Yogyakarta, 23 Mei 2018

Anom Parikesit





.


Comments


featured posts

search by  categories

Follow me

  • Black Twitter Icon
  • Black Facebook Icon
  • Black Google+ Icon
  • Black Instagram Icon

visitor reach

Jangan Lewatkan Tulisan-Tulisan Menarik Lainnya.

Subscribe Sekarang!!!

bottom of page